~ Catatan penting, Catatan ringan dan Catatan indah ~

Wednesday, November 22, 2006

Jenuh - by Rio Febrian

Ternyata hati, tak bisa berdusta
Meski ku coba, tetap tak bisa
Dulu cintaku, banyak padamu
Entah mengapa, kini berkurang

Maaf, ku jenuh padamu
Lama sudah kupendam
Tertahan dibibirku
Mauku tak menyakiti
Meski begitu indah
Ku masih tetap saja.... jenuh ....

Taukah kini, kau kuhindari
Merasakan kau, ku lain padamu
Cinta bukan, hanya cinta saja
Sementara kau, merasa cukup

Tuesday, November 14, 2006

Doa sebelum berpergian meninggalkan keluarga

"ALLAHUMMA ANTAS SHAHIBU FIS SAFAR, WAL KHALIFATU FILAHLI". (HR. Muslim)

"Ya 4JJI, Engkau adalah pendampingku dalam perjalanan. Engkau juga yang menggantikan aku untuk menjaga keluarga yang ditinggalkan... Amien" (HR.Muslim).

Monday, November 13, 2006

Persimpangan Jalan

Mobilku tiba-tiba terhenti di pinggir jalan. Kulihat ada cabang jalan untuk berbelok ke kanan. Ku berhenti sejenak untuk berpikir apakah bila ku belok kekanan, maka akan lebih cepat sampai atau tidak? Atau aku tetap lurus?

"Mah?" kubangunkan istriku yang tertidur di perjalanan.

"Mah, ini ada jalan ke kanan, mau coba ambil jalan ini gak?"
"Memang lebih cepat?" tanya istriku.

"Ya, gak tahu juga, soalnya kita udah jalan lama di jalan ini tapi belum sampai-sampai tuh".

"Yakin kalau belok pasti lebih cepat?".

Kuperhatikan sekitar jalan di sebelah kanan tersebut. Sepertinya sih bisa lebih cepat, hanya saja jalannya kurang mulus. Resiko gak ya ?.

"Ya udah deh, kita lurus saja, lebih aman. Toh sepertinya gak lama lagi sampai".

"Ya udah, terserah papah saja, papah yang lebih mengerti jalannya", jawab istriku dan kemudian kembali meneruskan tidurnya.

Akhirnya kuputuskan untuk tetap lurus.

Waktu berlalu, namun sudah lama belum sampai juga ke tujuan.

Istriku terbangun lagi dari tidurnya "Pah, udah sampai belum?"
"Belum tahu nih, menurut petunjuk sih harusnya sampai."

"Terlambat dong pah, teman-teman papah sudah mungkin sampai semua".

Ku berpikir, apa yang salah ya? Apa salah baca petunjuk?

Tak lama kemudian, kembali ada persimpangan jalan.

"Di depan ada persimpangan lagi, kita belok sana saja. Di sana sepertinya bisa lebih cepat. Mungkin memang tidak sesuai petunjuk, tapi mungkin bisa lebih cepat sampai. Tapi bisa juga lebih memutar".

"Ya dicoba saja" jawab istriku. "Kalau tidak dicoba, tidak pernah tahu khan kalau itu lebih cepat atau lebih lambat?".

Akhirnya kita putuskan untuk berbelok.

Tidak mudah menentukan pilihan di persimpangan jalan.
Asalkan kita tahu kemana tujuan kita, lewat manapun jalannya, pasti akan tercapai. Hanya saja, kadang jalan yang ditempuh bisa lebih jauh, lebih cepat, lebih halus, dsb.

Monday, November 06, 2006

I Believe I Can Fly - by R. Kelly

I used to think that I could not go on
And life was nothing but an awful song
But now I know the meaning of true love
I'm leaning on the everlasting arms

If I can see it, then I can be it
If I just believe it, there's nothing to it

I believe I can fly
I believe I can touch the sky
I think about it every night and day
Spread my wings and fly away

I believe I can soar
I see me running through that open door
I believe I can fly

See I was on the verge of breaking down
Sometimes silence can seem so loud
There are miracles in life I must achieve
But first I know it starts inside of me

If I can see it, then I can be it
If I just believe it, there's nothing to it

Friday, November 03, 2006

Berteduh - Episode II

Hari-5
=====

Aku terbangun dini hari ini, sepertinya aku bermimpi buruk.
Hmm, mungkinkah karena keluargaku sudah mengharapkanku?

Empat hari mungkin terasa lama bagi orang yang menanti.

Akhirnya kuputuskan untuk pulang, saat itu juga. Aku merasa sudah saatnya untuk pergi dari rumah ini.

Kuketuk pintu kamar si empunya rumah.

"Maaf, mengganggu pagi-pagi. Saya mau pamit saja, sudah kangen dengan keluarga saya."

"Hmm, ya sudah, silakan. Jangan lupa tutup pintunya ya." Dan akhirnya dia kembali ke kamar dan menutup pintunya tanpa sempat aku mengucapkan permisi dan terima kasih.

Begitu juga beliau, tidak mengucapkan kata berpisah seperti selamat tinggal, hati-hati, atau terima kasih karena sudah membantu-bantu bersih-bersih sambil berteduh.

Mungkinkah aku yang kurang sopan? Mungkinkah aku pergi disaat yang kurang tepat? Karena beliau masih mengantuk berat?

Tapi apa daya, sudah waktunya aku pergi. Keluarga lebih penting daripada memikirkan itu.

Empat hari cukuplah untuk menumpang berteduh. Aku seharusnya sempat mengucapkan terima kasih, ya mungkin lain waktu.

Tapi, kenapa si adik ini tidak mengucapkan terima kasih kepadaku, atau kembali menanyakan kenapa pulang sekarang? Kenapa tidak besok saja?, dan seterusnya?
Apakah mungkin karena belum terlalu mengenalku karena tidak mengenal seperti kakaknya mengenalku?

Pertanyaan ini berkecamuk selama perjalananku pulang. Ya sudah lah, mungkin 4 hari waktu yang sebentar untuk seseorang mengenalku lebih dalam, terlebih adiknya yang baru mengenalku sebentar. Mungkin kalau aku mau menunggu bapak itu pulang, lebih baik?

Hujan masih deras, rasanya masih sulit untuk memaksakan pulang.

"Eh, disana ada rumah lagi, lebih asri sepertinya. Kira-kira mau tidak ya dia menerimaku berteduh walau satu hari?".